Sabtu, 12 Oktober 2013

Kereta Api Terakhir



Kota Tegal hampir jatuh ke tangan agresor Belanda. Ribuan warga Tegal bersama pejuang mengungsi dengan kereta api. Letnan Maksudi, yang diberi tugas mengawal pengungsian, memerintahkan agar kereta api yang sudah penuh penumpang itu segera berangkat mengingat gencarnya serangan Belanda. Inilah kereta api terakhir yg bisa dinaiki mereka dan akhirnya melahirkan aksi-aksi heroik  pada tanggal 26 Juli 1947. Dalam perjalanannya, kereta api ini dikejar dan ditembaki pesawat tempur Belanda. Di dekat stasiun Kesambi, kereta api terpaksa berhenti karena dihadang sepasukan tank Belanda. Wajah ketakutan tampak pada semua penumpang, seberapa berani pun orang itu. Maut menunggu di depan mata. Bagaimana upaya Let. Maksudi dan kawan-kawan menyelamatkan pejuang dan warga sipil dari ancaman maut Belanda ?

Dengan membabi buta, tak perduli tangisan anak-anak dan jerit ketakutan wanita, tentara Belanda menembaki kereta. Let.Maksudi, komandan pejuang yang ikut naik kereta, melarang membalas serangan tsb. “Banyak rakyat sipil di sini, kalau kita membalas serangan bisa-bisa peluru Belanda mengenai banyak penumpang,” dalihnya.  Yang aneh, tentara Belanda takut keluar dari tank (Belanda baru turun dari tank satu jam kemudian setelah benar-benar aman). “Ingat, jangan sampai Belanda menembaki kereta, Kasihan penumpangnya !”  perintah Let. Maksudi.
 
Semua pejuang di dalam kereta api pasti ditangkap Belanda, lebih baik mereka meninggalkan kereta. Tapi bagaimana cara keluar dari kereta api yang dikepung tank-tank musuh ? Pejuang dibagi menjadi dua kelompok, ketika satu kelompok berusaha menarik perhatian Belanda (artinya, membiarkan dirinya ditembaki) maka kelompok lain lari, dan sebaliknya. Pejuang dari kesatuan ALRI meloncat keluar dari kereta dan berlari secepat kilat. Sayang, pasukan ALRI salah memilih arah lari. Mereka berlari menuju bukit padahal tempat yang tinggi itu mudah dilihat oleh tentara Belanda. Jadilah pelarian-pelarian itu sasaran empuk peluru senapan mesin Belanda. Banyak pejuang yang menjadi korban, namun pengorbanan mereka tidak sia-sia karena pada saat Belanda menembaki mereka, pejuang-pejuang dari kesatuan TRI lari dengan aman ke jurusan lain. Selanjutnya pemuda-pemuda ALRI bisa lari tanpa dtembaki karena sekarang Belanda  harus mengarahkan moncong senjatanya kepada pejuang TRI.

Ada pepatah nyleneh : tempat yg berbahaya adalah tempat yg aman. Setidaknya hal ini dibuktikan oleh pejuang-pejuang dari kesatuan TRI (Tentara Republik Indonesia) yang dikepung tank Belanda. Ketika tank-tank Belanda sibuk memberondong pejuang-pejuang ALRI yang lari, puluhan anggota TRI keluar dari kereta api dan merangkak di bawah tank-tank tsb. Mereka merangkak sambil bersiap-siap menembakkan bedil bila ketahuan Belanda.  Mengetahui ada pejuang di dekat tank, Belanda menjadi panik : takut kalau-kalau pejuang itu memasukkan granat ke dalam tank, bisa habis tuh Belanda satu tank. (Belanda tidak tahu bahwa pejuang-pejuang TRI itu tidak membawa granat. Pejuang tidak membawa granat karena berbahaya membawanya di tengah-tengah ribuan penumpang kereta api yang berjubel). Terpaksa moncong senjata Belanda dialihkan dari pemuda ALRI dan kini diarahkan ke pasukan TRI. Hujan peluru dari senapan mesin Belanda mengarah ke tubuh para pejuang. Untung pada saat itu pejuang-pejuang kita sudah keluar dari kolong tank dan lari ke hutan jati. Pohon-pohon jati melindungi pejuang-pejuang TRI dari peluru musuh sehingga mereka selamat. Di dalam kereta api, Letnan Maksudi menarik nafas lega atas keberhasilan anak-anak buahnya lolos dari kepungan Belanda.

Tentara Belanda yang mengepung kereta api tidak berani turun dari tank, khawatir diserang pejuang. Belanda tidak tahu bahwa pejuang-pejuang kita yang sudah lolos tidak menyerangnya dengan alasan takut bila Belanda melampiaskan kekesalannya kepada warga sipil. Setelah memastikan keadaan benar-benar aman, tentara Belanda baru berani keluar dari dalam kendaraan lapis baja itu. Semua penumpang kereta diperiksa, yang dicurigai ditangkap. Letnan Maksudi termasuk salah satu yang ditangkap Belanda. Banyak yang menyesalkan mengapa Let. Maksudi tidak mau lari bersama anak buahnya. Let. Maksudi khawatir jika ia ikut lari maka Belanda melampiaskan kemarahannya kepada rakyat sipil. Demi menyelamatkan warga sipil tak berdosa, ia membiarkan dirinya ditangkap. Juga ia puas atas keberhasilan sejumlah besar pejuang lolos dari kereta api yang terkepung itu, meski banyak juga yang gugur.


Sumber tulisan : Achmad. 1986. Tegal Berjuang. Markas Cab. Legiun Veteran RI Kab/Kodya Tegal. 133 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar