Sabtu, 12 Oktober 2013

Cocolan Kyai Mukhlas



Dasar wong Tegal, mereka tak takut menghadapi tentara Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia. Ketiadaan senjata tidak menciutkan nyali. Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1946/1947, ribuan pemuda Tegal pergi ke Parakan, Temanggung untuk minta bambu runcing yang diberkati seorang kyai. Karena rakyat antusias dan perjalanan ke Parakan (Temanggung) memakan waktu 4 hari 4 malam maka dibuka cabang pemberkatan bambu runcing oleh KH Mukhlas di daerah Panggung, Tegal. Bambu-bambu runcing ini kemudian dikenal sebagai Cocolan Kyai Mukhlas. Pejuang yang akan berangkat ke medan perang banyak yang datang ke ulama ini untuk minta doa restu.

Setelah berjalan kaki 4 hari 4 malam, ribuan pemuda Tegal tiba di Parakan, Temanggung, untuk meminta bambu runcing yang diberkati seorang kyai di sana. Peristiwa ini terjadi pada akhir tahun 1946 – awal tahun 1947. Bambu runcing tsb digunakan untuk mengusir Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Di Temanggung orang-orang Tegal ini mendengar adanya patroli Belanda. Dengan bersenjata bambu runcing yang telah diberkati mereka menyerbu Belanda. Rasa percaya diri membuat mereka tidak takut terhadap mitraliyur Belanda. Sebaliknya, mental patroli Belanda jatuh melihat orang-orang nekat itu. Diceritakan bahwa begitu kedua pihak berhadap-hadapan, Belanda langsung lari terbirit-birit.

Meskipun diperoleh dengan perjalanan yang melelahkan (4 hari 4 malam), bambu runcing kemudian hanya menjadi simbol perjuangan mempertahankan kemerdekaan karena senjata modern banyak  dimiliki pejuang Tegal. Begitu melimpahnya senjata api tsb sampai-sampai sebagian besar disumbangkan ke pemerintah pusat untuk kemudian dibagi-bagikan kepada pejuang daerah lain. Dari mana pejuang Tegal memperoleh senjata sebanyak itu ? Ini gara-gara blokade Belanda. Agar pejuang Indonesia tidak memperoleh senjata dari luar negeri maka Belanda melakukan blokade ketat terhadap Indonesia yang – menurut mereka - sulit ditembus. Hal ini malah menantang pemuda Tegal untuk menembus blokade tsb. Dengan kapal kecil yang sarat muatan gula, pemuda Tegal mempermainkan kapal patroli Belanda. Di Singapura gula ditukar dengan senjata. Demikianlah, blokade Belanda malah menyebabkan Tegal kebanjiran senjata api impor selundupan.

Sumber tulisan : Achmad. 1986. Tegal Berjuang. Markas Cab. Legiun Veteran RI Kab/Kodya Tegal. 133 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar