Dasar wong Tegal,
mereka tak takut menghadapi tentara Belanda yang hendak menjajah kembali
Indonesia. Ketiadaan senjata tidak menciutkan nyali. Sejarah mencatat bahwa
pada tahun 1946/1947, ribuan pemuda Tegal pergi ke Parakan, Temanggung untuk
minta bambu runcing yang diberkati seorang kyai. Karena rakyat antusias dan
perjalanan ke Parakan (Temanggung) memakan waktu 4 hari 4 malam maka dibuka
cabang pemberkatan bambu runcing oleh KH Mukhlas di daerah Panggung, Tegal.
Bambu-bambu runcing ini kemudian dikenal sebagai Cocolan Kyai Mukhlas. Pejuang
yang akan berangkat ke medan perang banyak yang datang ke ulama ini untuk minta
doa restu.
Setelah berjalan
kaki 4 hari 4 malam, ribuan pemuda Tegal tiba di Parakan, Temanggung, untuk
meminta bambu runcing yang diberkati seorang kyai di sana. Peristiwa ini
terjadi pada akhir tahun 1946 – awal tahun 1947. Bambu runcing tsb digunakan
untuk mengusir Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Di Temanggung
orang-orang Tegal ini mendengar adanya patroli Belanda. Dengan bersenjata bambu
runcing yang telah diberkati mereka menyerbu Belanda. Rasa percaya diri membuat
mereka tidak takut terhadap mitraliyur Belanda. Sebaliknya, mental patroli
Belanda jatuh melihat orang-orang nekat itu. Diceritakan bahwa begitu kedua
pihak berhadap-hadapan, Belanda langsung lari terbirit-birit.
Meskipun diperoleh
dengan perjalanan yang melelahkan (4 hari 4 malam), bambu runcing kemudian
hanya menjadi simbol perjuangan mempertahankan kemerdekaan karena senjata
modern banyak dimiliki pejuang Tegal.
Begitu melimpahnya senjata api tsb sampai-sampai sebagian besar disumbangkan ke
pemerintah pusat untuk kemudian dibagi-bagikan kepada pejuang daerah lain. Dari
mana pejuang Tegal memperoleh senjata sebanyak itu ? Ini gara-gara blokade
Belanda. Agar pejuang Indonesia tidak memperoleh senjata dari luar negeri maka
Belanda melakukan blokade ketat terhadap Indonesia yang – menurut mereka -
sulit ditembus. Hal ini malah menantang pemuda Tegal untuk menembus blokade
tsb. Dengan kapal kecil yang sarat muatan gula, pemuda Tegal mempermainkan kapal
patroli Belanda. Di Singapura gula ditukar dengan senjata. Demikianlah, blokade
Belanda malah menyebabkan Tegal kebanjiran senjata api impor selundupan.
Sumber tulisan : Achmad. 1986. Tegal Berjuang. Markas Cab.
Legiun Veteran RI Kab/Kodya Tegal. 133 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar