Kamis, 14 Agustus 2014

Hari Terpanjang di Tegal

Akibat Perjanjian Renville maka tidak ada pejuang di wilayah Tegal. Baru sekarang penjajah Belanda merasa aman. Selanjutnya Belanda mengadakan operasi besar-besaran di dalam kota dengan tujuan menangkap warga sipil yang tidak mendukung penjajah. Hari itu, Senin, tanggal 8 September 1948 merupakan hari terpanjang di kota Tegal. Hampir selama 24 jam ribuan warga sipil – dalam kondisi mengantuk, lelah dan lapar - dikumpulkan dan diinterogasi dengan cara-cara teror.

Hari terpanjang ini dimulai pukul 2 malam, hari Senin, 8 September 1948. Setiap jalan, bahkan setiap gang, dijaga tentara Belanda. Semua warga sipil laki-laki yang berusia 15 tahun ke atas diperintahkan keluar dari rumah dan digiring ke markas Belanda. Pedagang pinggir jalan, kusir dokar dan penunggang sepeda juga ditangkap. Barang dagangan dan dokar harus ditinggal begitu saja. Banyak warga yang hanya berkerudung sarung karena tidak diberi kesempatan untuk memakai baju. Belanda main pukul dan main tembak siapa saja yang berusaha lari. Mereka kemudian kumpulkan di markas polisi Belanda dan diinterogasi dengan cara-cara teror. Yang dicurigai dipenjara, sedang yang “bersih” dilepaskan setelah badannya diberi stempel-bakar bertuliskan MID. Interogasi baru selesai pada tengah malam ketika hari hampir menjadi Selasa dan selama itu mereka dibiarkan kelaparan, kehausan dan kelelahan.

Di antara mereka yang dilepaskan masih menghadapi masalah baru : banyak barang dagangan, dokar dan sepeda hilang. Siapa pencurinya ? Pada saat operasi pembersihan seperti itu mana ada warga sipil yang berani mencuri ? Resikonya sangat besar mengingat banyaknya tentara Belanda yang gampang main tembak. Pencurinya siapa lagi kalau bukan tentara Belanda dan antek-anteknya ! (Penjajah Belanda suka merampas bahan makanan milik rakyat, baca : Operasi Militer Menangkap “Teroris”).

Sumber tulisan : Achmad. 1986. Tegal Berjuang. Markas Cab. Legiun Veteran RI Kab/Kodya Tegal. 133 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar