Kamis, 14 Agustus 2014

Serangan Fajar di Kaligua

Pejuang-pejuang dari Batalyon III kembali ke Tegal pada bulan Januari 1949 setelah melakukan perjalanan panjang (longmarch) yang melelahkan dan berbahaya. Beberapa hari yang lalu mereka bersama anggota-anggota keluarganya disergap tentara Belanda dalam perjalanan longmarch tsb. (baca : Keluarga Pejuang Terjebak di Tengah Perang). Kesal dengan tindakan tentara Belanda yang menyergap pejuang padahal di tengah-tengah mereka ada wanita dan anak-anak, mereka berencana menyerang gudang senjata Belanda di Kaligua, Kabupaten Tegal. Lokasi gudang senjata ini sangat rahasia, tidak ada pejuang yang tahu. Masalah ini dipecahkan oleh kesediaan dua pemuda desa yang bersedia mencari lokasi gudang senjata ini. Rencana segera disusun : kompi 1, 2 dan 3 menyerang gudang senjata, sedangkan kompi 4 bersembunyi di dekat tanjakan jalan yang menghubungkan Kaligua dengan Bumiayu.

Jam 11 malam pejuang berangkat dengan dipandu oleh dua pemuda desa. Medan yang berbukit-bukit membuat perjalanan menjadi sulit, apalagi malam itu gerimis. Beberapa kali pejuang kita terpeleset ketika mendaki bukit akibat tanah yang becek. Rasa lelah dan pakaian kotor tidak mereka perdulikan. Apalah artinya semua itu dibandingkan dengan kemerdekaan ? Menjelang fajar semua pejuang telah menempati posisi masing-masing. Jam 4 pagi serangan fajar dimulai.

Sebenarnya Belanda sudah mengetahui kembalinya pejuang-pejuang Tegal dari longmarch, namun Belanda tidak mengira bahwa pejuang-pejuang yang masih kelelahan itu berani menyerang secepat ini. Apalagi Belanda yakin bahwa lokasi gudang senjata Kaligua tidak diketahui pejuang. Begitu pejuang-pejuang kita menyerang, Belanda segera menelepon markas besarnya di Bumiayu. Bala bantuan tentara Belanda dalam jumlah banyak segera dikerahkan ke Kaligua.

Fajar yang masih gelap di Kaligua di hari itu dipecahkan oleh suara tembakan dan ledakan. Belanda menghambur-hamburkan peluru senapan mesinnya ke segala arah. Granat dilemparkan ke lokasi-lokasi yang diduga menjadi tempat persembunyian pejuang. Persediaan amunisi Belanda sangat banyak, mereka tidak takut kehabisan peluru dan granat. Sebaliknya dengan pejuang kita yang pelurunya terbatas. Pejuang hanya menembak sasaran yang sudah jelas. Rupanya banyak pejuang kita yang jitu dalam menembak. Puluhan tentara Belanda tewas diterjang peluru pejuang. Paniklah Belanda, namun mereka mendapat berita gembira bahwa sebentar lagi bala bantuan dalam jumlah besar segera tiba dari Bumiayu.

Ketika pertempuran sengit pecah di gudang senjata Kaligua, iring-iringan kendaraan militer Belanda melaju cepat dari arah Bumiayu. Di sebuah tanjakan terjal yang menuju ke Kaligua, truk paling depan berhenti sehingga semua kendaraan di belakangnya juga berhenti. Tanjakan yang terjal ditambah kondisi jalan yang licin akibat gerimis menyulitkan gerak maju kendaraan-kendaraan militer. Raungan keras mesin truk tidak mampu menaklukan tanjakan tersebut. Pada saat itulah pejuang-pejuang dari kompi 4, yang sudah lama bersembunyi di tempat itu, beraksi.

Truk yang penuh tentara Belanda dan tidak bergerak menjadi sasaran empuk granat pejuang. Tentara Belanda dengan panik berloncatan keluar dari truk untuk menghindari granat, tetapi mereka kemudian menjadi sasaran empuk peluru pejuang. Sebenarnya, jumlah tentara Belanda jauh lebih banyak daripada pejuang, persenjataannya pun jauh lebih banyak dan lebih canggih daripada milik pejuang. Namun kondisi medan perang lebih menguntungkan pejuang kita. Tak ada jalan untuk selamat bagi tentara Belanda selain pulang kembali ke Bumiayu. Bala bantuan tentara Belanda itu tidak dapat menolong kawan-kawannya di gudang senjata Kaligua, bahkan menolong dirinya sendiri pun mereka kewalahan. Rasa takut dan geram mengiringi kepulangan bala bantuan tentara Belanda itu. Sebelum pulang, Belanda menelepon markas besarnya untuk mengirim pesawar tempur ke Kaligua.

Dua pesawat tempur Belanda terbang menuju lokasi pertempuran. Pilot-pilotnya berniat menghabisi semua pejuang untuk membalas kematian banyak tentara Belanda. Dalam hitungan menit kedua pesawat tempur itu sudah tiba di atas gudang senjata Kaligua. Pesawat-pesawat tempur itu memuntahkan ribuan peluru ke lokasi sekitar gudang senjata. Bom-bom dijatuhkan di tempat-tempat yang diduga menjadi lokasi pejuang. Hebat sekali serangan mereka, siapa saja yang ada di sekitar gudang senjata bisa dipastikan tewas. Tetapi serangan gencar kedua pesawat tempur ini sia-sia, hanya membuang amunisi saja. Ketika kedua pesawat tempur ini tiba di Kaligua, perang telah selesai. Pejuang kita sudah menyingkir jauh pada saat pesawat-pesawat tempur ini mengamuk.

Serangan fajar di Kaligua memberikan kemenangan yang gilang-gemilang bagi pejuang kita. Dalam perang ini di pihak pejuang tidak ada yang gugur, hanya satu orang yang terluka yaitu seorang pemuda penunjuk jalan yang tertembak pahanya. Pemuda desa ini hanya diberi tugas sebagai penunjuk jalan, tidak boleh ikut bertempur karena tidak memiliki senjata. Namun semangat patriotismenya yang tinggi mendorong pemuda ini maju ke garis depan meski hanya berbekal senjata tradisional. Pejuang bertanya-tanya : berapa jumlah tentara Belanda yang tewas dalam perang ini ? Pertanyaan tersebut baru diketahui pejuang dua hari kemudian. Belanda melaporkan bahwa 97 tentaranya tewas akibat serangan fajar di Kaligua.

Sumber tulisan : Achmad. 1986. Tegal Berjuang. Markas Cab. Legiun Veteran RI Kab/Kodya Tegal. 133 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar