Kamis, 26 Juni 2014

Siasat Licik Belanda

Kekalahan Belanda dalam perang di Bumijawa (lihat “Surat dari Jendral Sudirman”) membuat Letkol Moh. Susman, komandan Markas Pimpinan Perlawanan Rakyat (MPPR) Tegal, menjadi orang nomor satu yang diincar penjajah itu. Gagal membunuh Susman, Belanda memburu keluarganya. Mata-mata Belanda melaporkan bahwa Letkol Susman memiliki keluarga di desa Balapulang, Tegal. Anggota keluarga tsb ada 6 orang, dan semuanya wanita. Kayaknya mudah ditangkap nih, mungkin begitu pikiran Belanda. Kalau wanita-wanita tsb sudah ditangkap maka akan dijadikan sandera agar Letkol Susman menyerah. Belanda mengerahkan tentaranya untuk menduduki Balapulang dan menangkap ke-6 wanita tsb. Tidak sulit merebut Balapulang, juga tidak sulit mengepung rumah keluarga Letkol. Susman, tetapi Belanda gagal menangkap satu pun dari wanita-wanita itu. Perburuan pun dimulai.

Belanda memburu enam orang wanita keluarga Letkol Susman, pemimpin pejuang Tegal. Keenam wanita itu melakukan perjalanan panjang dan sembunyi-sembunyi menuju ke Bumijawa, markas pejuang Tegal. Bantuan warga desa sangat menolong mereka ketika Belanda menghadangnya. Hal ini membuat Belanda putus asa dan menghalalkan kelicikan guna mencelakai wanita-wanita yang tak ada kaitannya dengan peperangan itu. Belanda menyebarkan gosip bahwa ada enam orang wanita mata-mata Belanda dengan tugas utama mencari lokasi persembunyian Letkol Susman.
Demikianlah, pada suatu hari ada berita kilat bahwa Belanda menyebarkan 6 orang wanita sebagai mata-mata. Secara kebetulan pula, patroli pejuang menangkap 6 orang wanita. Kecurigaan bahwa mereka mata-mata makin kuat karena ke-6 wanita tersebut mencari-cari Letkol. Susman.

Jika ada pertanyaan berapa jumlah personil pejuang kita ? Belanda lebih tahu jawabannya dari pada pejuang itu sendiri. Berapa jumlah senjata yang dimiliki pejuang ? Belanda lebih tahu dari pada pejuang itu sendiri. Apa jenis-jenis senjata yang dimiliki pejuang ? Belanda lebih tahu dari pada pejuang itu sendiri. Itu semua hasil kerja mata-mata Belanda. Mata-mata Belanda sangat dbenci oleh pejuang dan rakyat Indonesia saat itu hingga melahirkan fenomena “jaman bersiap”. Jika rakyat mencurigai seseorang sebagai mata-mata Belanda, maka mereka akan berteriak : “siap !”. Sebagai balasannya, saat itu juga dari segala penjuru akan segera terdengar teriakan serupa. Teriakan ini menjadi aba-aba semua warga untuk mengepung orang yg dicurigai itu. Orang itu diinterogasi dan digeledah, jika ditemukan bukti sedikit saja yang menunjukkan hubungan orang itu dengan Belanda, maka habislah sudah. Ia menjadi bulan-bulanan warga hingga mati mengenaskan. Aksi main hakim sendiri ini bisa dipicu oleh hal-hal sepele, misal orang yg dicurigai itu menyimpan uang gulden atau pada pakainnya ada unsur warna merah-putih-biru (bendera Belanda). Banyak orang tak bersalah, baik pria maupun wanita, menjadi korban “jaman bersiap” itu. Bagaimana nasib enam orang wanita keluarga Letkol Susman yang tertangkap pejuang dan dituduh mata-mata Belanda itu ?

Keenam wanita yang dituduh mata-mata Belanda menjalani interogasi yang menegangkan. Mereka mengaku sebagai keluarga Letkol Susman, sayang tidak bisa memberikan bukti. Parahnya, tak ada yang mengenal mereka. Letkol Susman sendiri tidak diketahui keberadaannya. Mereka dituduh mata-mata penjajah berdasarkan informasi bahwa Belanda menyebarkan 6 orang wanita sebagai mata-mata untuk mencari lokasi markas Letkol. Susman. Informasi itu cocok : jumlahnya 6 orang, semua wanita dan mencari-cari Letkol. Susman. Pejuang yang sangat membenci mata-mata hampir tak dapat menahan emosi menghadapi perdebatan yang bertele-tele. Bagaikan mimpi menyeramkan, wanita-wanita itu frustasi. Mereka tidak tahu mana yang lebih buruk : ditangkap Belanda atau ditangkap pejuang yang menuduhnya mata-mata. Pada detik-detik yang menegangkan itu muncul seorang staf markas pejuang. Orang yang baru datang ini heran mengapa anggota-anggota keluarga Susman diperlakukan dengan kasar. Ketegangan mencair setelah staf tersebut meyakinkan bahwa benar ke-6 wanita itu adalah keluarga Letkol Susman. Wanita-wanita itu bernafas lega. Mimpi buruk telah berakhir. Siasat licik Belanda gagal total.

Sumber tulisan : Achmad. 1986. Tegal Berjuang. Markas Cab. Legiun Veteran RI Kab/Kodya Tegal. 133 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar